Hati-hati, Kemasan Plastik Sebabkan Tekanan Darah Tinggi pada Anak
Jakarta - Hati-hati menggunakan wadah plastik
untuk makanan atau minuman si kecil. Sekelompok ilmuwan Amerika Serikat
menyebutkan bahwa zat kimia
phthalate dalam plastik picu ketidaknormalan metabolik dan hormonal.
Phthalate atau DEHP adalah zat tak berwarna dan tak berbau yang digunakan untuk melunakkan PVC.
Phthalate
ditambahkan pada plastik untuk meningkatkan kelenturan, transparansi,
kekuatan, serta ketahananannya. Zat ini terkandung dalam cangkir dan
wadah makanan plastik, pelapis lantai, sampai bola pantai.
Seperti
diberitakan Daily Mail (22/05/130, analisis terhadap hampir 3.000 anak
menunjukkan bahwa terpaan DEHP menyebabkan naiknya tekanan darah
sistolik (ukuran tekanan dalam pembuluh arteri ketika jantung
berdenyut).
"
Phthalate dapat menghalangi fungsi sel
jantung dan menyebabkan stres oksidatif yang membahayakan kesehatan
arteri," jelas Dr Leonardo Trasande,
associate professor pediatrik di Langone Medical Centre New York University, Amerika Serikat.
Tim peneliti mencatat hanya sedikit kenaikan tekanan darah per anak dalam setiap tiga kali lipat peningkatan kadar
phthalate yang terdeteksi di sampel urin anak. Meski demikian, implikasi luas terhadap perubahan kecil ini signifikan.
"Kenaikan
tersebut memang tampak tak menonjol pada level individu. Namun, pada
tingkat populasi, perubahan tekanan darah tersebut dapat meningkatkan
jumlah anak dengan tekanan darah tinggi secara substansial," ujar
Trasande.
Trasande menambahkan, bukan hanya makanan penyebab
obesitas yang memicu penyakit jantung. Faktor lingkungan juga bisa
menjadi bagian dari masalah tersebut. "Hal ini penting karena paparan
phthalate dapat dikendalikan melalui intervensi regulasi dan perilaku," katanya.
Menurut
Trasande, diperlukan inisiatif kebijakan yang membatasi paparan zat
kimia berbahaya. Langkah ini dikombinasikan dengan penerapan diet sehat
dan perilaku untuk melindungi kesehatan kardiovaskular.
Studi
yang dimuat di Journal of Pediatrics ini merupakan hasil kerja sama
peneliti dari Langone Medical Centre New York University, University of
Washington, dan Penn State University School of Medicine.